Makalah Etika kesehatan Masyarakat.


 




MAKALAH
ETIKA KESEHATAN MASYARAKAT
(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Kelas C)
Dosen Pengampu:Wajihuddin, S.pd., M.Hum.


Disusun Oleh:
1.  Tiara Nabilah            (182110101064)
2.  Icha Hanifa F             (182110101094)
3.  Yunita Permata S       (182110101098)
4.  Zulfa Mazida               (182110101114)
5.  Safira Sahida D           (182110101148)




FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2018


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Filsafat Ilmu Kesehatan dengan judul “Etika Kesehatan Masyarakat” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, kami sangat menerima kritik dan saran dari para pembaca dan memperbaiki makalah ini.
Akhirnya kami sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
                                                           
                                                                        Jember, 23 November 2018


Penyusun,





BAB 1 
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Seiring dengan kemajuan zaman, obsesi manusia terhadap penciptaan berbagai macam hal dari ilmu dan pengetahuan semakin besar. Begitupun ilmu dan pengetahuan yang akan didapatkan akan semakin besar pula akibat rasa ingin tahu manusia yang semakin besar. Ilmu pengetahuan sebagai produk kegiatan berpikir yang merupakan obor peradaban dimana manusia menemukan dirinya dan menikmati hidup lebih sempurna. Berbagai masalah yang terdapat dalam pemikiran manusia telah mendorong untuk berpikir, bertanya, lalu mencari jawaban serta solusi untuk mengatasi masalah tersebut, dan pada akhirnya manusia adalah makhluk pencari kebenaran. Ilmu dan pengetahuan tersebut berkembang sangat besar layaknya pohon dan memiliki cabang. Yang merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan adalah Filsafat (Philosophy). Filsafat memiliki peranan penting dalam ilmu pengetahuan dan berfungsi membantu manusia untuk mengatasi masalah dalam kehidupannya. Ilmu pengetahuan memiliki batas-batas dalam menjawab semua pertanyaan yang dihadapi manusia. Oleh sebab itu, filsafat sangat dibutuhkan untuk menyokong ilmu pengetahuan guna menjawab semua masalah pada diri manusia itu sendiri.
Kesehatan adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental) dan sosial, bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting karena tanpa kesehatan manusia tidak akan bisa melakukan aktivitasnya. Kesehatan juga disebut sebagai salah satu parameter untuk mengukur kesejahteraan masyarakat dan keberhasilan pembangunan manusia. Dengan pelayanan kesehatan serta perlindungan terhadap kesehatan, masih banyak terjadi malpraktik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan serta penelantaran masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit atau puskesmas.

1.2  Rumusan Masalah
1.     Apakah yang dimaksud dengan filsafat?
2.     Apakah yang dimaksud dengan etika kesehatan masyarakat?
3.     Bagaimana hubungan antara filsafat dengan etika kesehatan masyarakat?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:
1.     Untuk memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai pengertian filsafat beserta sejarah filsafat, ciri-ciri filsafat, cabang-cabang filsafat, dan objek filsafat.
2.     Untuk memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai etika kesehatan masyarakat.
3.     Untuk memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai hubungan antara filsafat dengan etika kesehatan masyarakat.


















BAB 2
PEMBAHASAN

2.1.Filsafat
2.1.1.     Pengertian Filsafat
Filsafat (dalam bahasa Arab adalah falsafah, dan dalam bahasa Inggris adalah philosophy) berasal dari bahasa Yunani. Kata ini terdiri dari kata ‘philein’ yang berarti cinta (love) dan ‘sophia’ kebijaksanaan (wisdom). Secara etimologis, filsafat berarti berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam artinya sedalam-dalamnya. Seorang filosof (philosopher) adalah pencinta, pendamba dan pencari kebijaksanaan.
Menurut catatan sejarah, kata ini pertama kali digunakan oleh Pythagoras, seorang filosof Yunani yang hidup pada 582-496 sebelum Masehi. Cicero (106-43 SM), seorang penulis Romawi terkenal pada zamannya dan sebagian karyanya masih dibaca hingga saat ini, mencatat bahwa kata ‘filsafat’ dipakai Pythagoras sebagi reaksi terhadap kaum cendekiawan pada masanya yang menamakan dirinya ‘ahli pengetahuan’ Pythagoras menyatakan bahwa pengetahuan itu begitu luas dan terus berkembang. Tiada seorangpun yang mungkin mencapai ujungnya. Jadi, jangan sombong menjuluki diri kita ‘ahli’ dan ‘menguasai’ ilmu pengetahuan, apalagi kebijaksanaan. Kata Pythagoras, kita ini lebih cocok dikatakan sebagai pencari dan pencinta pengetahuan dan kebijaksanaan, yakni filosof.
Pernyataan Pythagoras memang diabaikan dan diselewengkan oleh banyak pihak terutama oleh kaum ‘sophist’. Mereka seakan menjadi orang yang paling tahu dan bijaksana. Mereka mempergunakan kefasihan bahasa dan kelihaian bersilat lidah untuk meyakinkan masyarakat dan merebut pengaruh.
Kata ini kerap pula digunakan oleh Socrates (470-399 SM). Socrates tidak saja terkenal karena pemikirannya yang brillian, tetapi juga karena ia banyak mengajukan pertanyaan. Ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siapa saja yang dijumpainya, dan pertanyaan tersebut membuat sebagian orang menjadi lebih arif, lebih sadar diri, lebih pintar, tetapi ada yang merasa disudutkan dan dicemoohkan. Oleh sebagian penguasa dan tokoh masyarakat, pertanyaan-pertanyaan Socrates dianggap berbahaya dan subversif. Pertanyaannya yang menyadarkan banyak membuat generasi muda menjadi ragu terhadap status quo, murtad dan memberontak. Kemudian, ia diadili dan dijatuhi hukuman mati, bukan ditembak atau digantung, tetapi dengan minum racun. Ketika tidak ada seorang pun tega menyodorkan piala berisi racun kepadanya, maka ia rela menegaknya sendiri demi menunjukkan bahwa ia filosof yang agung, seorang yang cinta kebijaksanaan dan benci kemunafikan dan kejahilan (seharusnya kita bersyukur karena tidak harus berkorban seperti Socrates untuk bisa cinta ilmu-kebijaksanaan dan benci kemunafikan-kejahilan).
Kamus Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarminta merumuskan bahwa filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas hukum dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti ‘adanya’ sesuatu. Beberapa pengertian filsafat menurut para ahli :
1.      Plato
Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakekat.
2.      Aristoteles
Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang kebenaran yang meliputi logika, fisika, metafisika dan pengetahuan praktis.
3.      Bertrand Russel
Filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terakhir, tidak secara dangkal atau dogmatis seperti yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan dalam ilmu pengetahuan. Akan tetapi, secara kritis dalam arti kata: setelah segala sesuatunya diselidiki problemaproblema apa yang dapat ditimbulkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang demikian itu, dan setelah kita menjadi sadar dari segala kekaburan dan kebingungan, yang menjadi dasar bagi pengertian kita sehari hari ….(problemen der Philosophic, 1967: 7).
4.      R. Beerling
Filsafat adalah pemikiran-pemikiran yang bebas, diilhami oleh rasio, mengenai segala sesuatu yang timbul dari pengalaman. (Er zijn eigenlijksheidvragen dalam Filosofic als sciencefiction, 1968: 44).

5.      Karl Popper
Filsafat adalah untuk menyelidiki berbagai filsafat itu secara kritis, filsafat mana dianut oleh berbagai orang secara tidak kritis.
6.      Immanuel Kant
Filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang menjadi pokok pangkal dan puncak segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya empat persoalan yaitu: Apa yang dapat kita ketahui? Metafisika; Apa yang seharusnya dilakukan? Etika; Sampai dimanakah harapan kita? Agama; Apa hakikat manusia? Anthropologi.

Rumusan tentang filsafat sebagaimana diuraikan di atas pada prinsipnya adalah menegaskan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan sungguh-sungguh.

2.1.2.     Ciri-Ciri Filsafat
Dari begitu banyak definisi yang dikutip, apakah ciri utama filsafat yang tetap hadir? Ciri itu adalah bahwa filsafat adalah upaya manusia untuk mendapatkan hakikat segala sesuatu. Apakah setiap upaya manusia menjawab persoalan hidup dapat dikatakan berfilsafat? Tentu tidak.
Ada tiga ciri utama hingga upaya itu dapat dikatakan filsafat:
1.     Universal (menyeluruh), yaitu pemikiran yang luas dan tidak aspek tertentu saja.
2.     Radikal (mendasar), yaitu pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental dan essensial.
3.     Sistematis, yaitu mengikuti pola dan metode berpikir yang runtut dan logis meskipun spekulatif.
Beberapa penulis menambahkan ciri-ciri lain, yaitu:
1.     Deskriptif, yaitu suatu uraian yang terperinci tentang sesuatu, menjelaskan mengapa sesuatu berbuat begitu.
2.     Kritis, yaitu mempertanyakan segala sesuatu (termasuk hasil filsafat), dan tidak menerima begitu saja apa yang terlihat sepintas, yang dikatakan dan yang dilakukan masyarakat.
3.     Analisis, yaitu mengulas dan mengkaji secara rinci dan menyeluruh sesuatu, termasuk konsep-konsep dasar yang dengannya kita memikirkan dunia dan kehidupan manusia.
4.     Evaluatif, yaitu dikatakan juga normatif, maksudnya upaya sungguhsungguh untuk menilai dan menyikapi segala persoalan yang dihadapi manusia. Penilaian itu bisa bersifat pemastian kebenaran, kelayakan dan kebaikan.
5.     Spekulatif, yaitu upaya akal budi manusia yang bersifat perekaan, penjelajahan dan pengandaian dan tidak membatasi hanya pada rekaman indera dan pengamatan lahiriah.

2.1.3.     Cabang-Cabang Filsafat
Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen‑komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, tiang penyangga itu ada tiga macam yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1.     Ontologi
Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On berarti being, dan Logos berarti logic. Jadi ontologi adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). Sedangkan menurut Amsal Bakhtiar, ontologi berasal dari kata ontos yang berarti sesuatu yang berwujud. Ontologi adalah teori atau ilmu tentang wujud, tentang hakikat yang ada. Ontologi tidak banyak berdasarkan pada alam nyata tetapi berdasarkan pada logika semata.
Noeng Muhadjir mengatakan bahwa ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terkait oleh satu perwujudan tertentu. Sedangkan Jujun mengatakan bahwa ontologi membahas apa yang kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu atau dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang yang ada. Sidi Gazalba mengatakan bahwa ontologi mempersoalkan sifat dan keadaan terakhir dari kenyataan. Karena itu ontologi disebut ilmu hakikat, hakikat yang bergantung pada pengetahuan. Dalam agama ontologi memikirkan tentang tuhan.
Jadi dapat disimpulakan bahwa ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada yang merupakan kebenaran dan kenyataan baik yang berbentuk jasmani atau konkret maupun rohani atau abstrak.
Ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M. untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam perkembangannya Christian Wolff (1679-1754 M) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksud sebagai istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafisika umum adalah cabang filsafat yang membicarakann prinsip yang paling dasar atau dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika khusus dibagi menjadi tiga yaitu kosmologi (membicarakan tentang alam semesta), psikologi (membicarakan tentang jiwa manusia), dan teologi (membicarakan tentang Tuhan).
2.     Epistemologi
Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengendalian-pengendalian, dan dasar-dasarnya serta pengertian mengenai pengetahuan yang dimiliki, mula-mula manusia percaya bahwa dengan kekuatan pengenalanya ia dapat mencapai realitas sebagaimana adanya. Mereka mengandalikan begitu saja bahwa pengetahuan mengenai kodrat itu mungkin, meskipun beberapa di antara mereka menyarankan bahwa pengetahuan mengenai struktur kenyataan dapat lebih dimunculkan dari sumber-sumber tertentu ketimbang sumber-sumber lainya. Pengertian yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indra, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan, di antaranya adalah:
a)     Metode Induktif
Induktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi yang disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.

b)    Metode Deduktif
Deduktif ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.hal yang harus ada dalam metode deduktif adalah adanya perbandingan logis antara kesimpulan itu sendiri.penyelidikan bentuk logis itu bertujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah.
c)     Metode Positivisme
Metode ini dikeluarkan oleh Agus Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, faktual dan positif. Ia menyampaikan segala uraian atau persoalan di luar yang ada sebagai fakta.apa yang diketahui secara positif adalah segala yang tampak dari segala gejala. Dengan demikian metode ini dalam bidang filsafat dan ilmu dibatasi kepada bidang gejala saja.
d)    Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun berbeda-beda yang harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut intuisi
e)     Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Plato mengartikannya sebagai diskusi logika. Kini dialektika berarti tahapan logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga menganalisis sistematik tentang ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.
3.     Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai“. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian yaitu moral conduct (tindakan moral), esthetic expression (ekspresi keindahan), dan sosio-political life (kehidupan sosial politik). Sedangkan menurut Jujun S. Suriansumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga bentuk Value and Valuation yaitu nilai yang digunakan sebagai kata benda abstrak, nilai sebagai benda konkret, dan nilai digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, member nilai dan dinilai.
Dari definisi di atas terlihat jelas bahwa aksiologi menjelaskan tentang nilai. Nilai yang dimaksud disini adalah sesuatu yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
Makna “etika” dipakai dalam dua bentuk arti yaitu suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia, dan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal, perbuatan manusia. Maka akan lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal dari sebuah etika adalah norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik dalam suatu kondisi. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
2.1.4.     Objek Filsafat
Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu lainnya juga memiliki dua macam objek yaitu objek material dan objek formal.
1.     Objek Material Filsafat Ilmu
Objek Material filsafat ilmu yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.
Menurut Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu:
a)     Ada yang bersifat umum, yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya.
b)    Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia dan alam.

2.     Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan yang artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatiannya terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan. Seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.
Landasan ontologis pengembangan ilmu, artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki oleh seorang ilmuan.
Landasan epistemologis pengembangan ilmu, artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran.
Landasan aksiologis pengembangan ilmu merupakan sikap etis yang harus dikembangkan oleh seorang ilmuan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.
2.2.Etika Kesehatan Masyarakat
Etika merupakan pemikiran kritis mengenai berbagai ajaran dan pandangan moral. Etika sering disebut dengan filsafat moral, karena berhubungan dengan adat istiadat, norma-norma dan nilai-nilai yang menjadi pegangan dalam suatu kelompok atau seseorang untuk mengatur tingkah laku.
Etika tidak hanya berkutat pada hal-hal teoritis saja, namun juga terkait erat dengan kehidupan konkret. Oleh karena itu, ada beberapa manfaat etika yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kehidupan konkret.
Etika profesi sangat dibutuhkan dan diutamakan untuk memberikan pelayanan terhadap public. Etika profesi adalah perilaku yang diharapkan setiap orang untuk bertindak sesuai kapasitas profesionalnya. Seperti halnya etika profesi kesehatan masyarakat yaitu suatu tatanan yang harus dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan masyarakat dalam mencegah perkembangan resiko penyakit yang berkembang pada individu, kelompok, maupun masyarakat, serta meningkatkan keberdayaan masyarakat untuk hidup sehat dan sejahtera.

2.3.Hubungan Antara Filsafat Dengan Etika
Etika merupakan ilmu yang mengatur tentang baik atau buruknya perilaku seseorang. Etika berkaitan tentang apa yang pantas dan bagaimana orang melakukan hubungan dengan orang lain. Etika wajib dipahami oleh manusia sebagai ajaran uyang menjadi pedoman atau petunjuk bagi manusia untuk mejalankan atau melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sewajarnya dalam kehidupannya.
Etika menyangkut adab dan kebiasaan manusia. Apabila terjadi penyelewengan sesuatu yang sudah ditetapkan dalam etika biasanya akan menimbulkan suatu bentuk citra yang negative atau menimbulkan pendapat negative bagi pelaku pelanggar norma etika.
Seperti yang dijelaskan pada sub bab 2.1.3 mengenai cabang-cabang filsafat, etika termasuk kedalam cabang aksiologi. Dalam ilmu aksiologi, dimana aksiologi sendiri membahas tentang nilai-nilai  etika, estetika, maupun humaniologi. Maka dapat disimpulkan pengertian etika jika ditinjau dari segi filsafat adalah cabang ilmu filsafat mengenai suatu penelitian kritis dan mendasar dari yang baik, yang pantas, dan benar dari ajaran moral.


2.4. Hubungan Antara Filsafat Dengan Etika Profesi Kesehatan Masyrakat
Etika Kesehatan Masyarakat merupakan dimensi dari Bioetika, sebagaimana halnya etika biomedik dan etika keperawatan dan lainnya. Etika normatif mengacu kepada penerapan dari teori etika, prinsip moral, atau aturan-aturan pada situasi khusus atau undang-undang. Bioetika adalah penerapan dari teori etika dan prinsip moral pada kehidupan dan pekerjaan/profesi.
Bagi seorang professional yang bergerak dibidang tertentu, etika profesi ini dituangkan ke dalam suatu bentuk yang disebut kode etik. Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional.
Secara umum etika kesehatan masyarakat merupakan bagian dari filsafat, bahkan salah satu cabang dari filsafat berbicara tentang filsafat, pertama-tama yang harus dibedakan adalah bahwa filsafat tidak selalu diartikan sebagai ilmu. Filsafat juga dapat berarti pandangan hidup seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Sebagai filsafat ilmu merupakan proses yang harus bergulir dan tidak pernah mengenal kata selesai. Sedangkan filsafat sebagai pandangan hidup merupakan suatu produk (nilai-nilai atau sistem nilai) yang diyakini kebenarannya dan dapat dijadikan pedoman berperilaku oleh suatu individu atau masyarakat.
Etika kesehatan masyarakat sering juga dikatakan sebagai teori moral tentang apa yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku manusia yang mengandung suatu tanggung jawab. Disebut sebagai pemikiran filosofis karena secara historis etika berkembang sejalan dengan perkembangan filsafat.






BAB 3
KESIMPULAN
1.     Kata Filsafat dalam bahasa arab adalah falsafah yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah philosophy, adalah berasal dari bahasa yunani philosophia. Kata philosophia terdiri dari kata philein yang berarti cinta dan sophie yang berarti kebijaksanaan, sehingga secara etimologi filsafat adalah cinta kebijaksanaan dalam arti sedalam-dalamnya. Sedangkan dalam arti terminologi maksudnya arti yang dikandung oleh istilah atau statemen filsafat.
2.     Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubunganya dengan baik-buruk. Dengan belajar etika diharapkan dapat membedakan istilah yang sering muncul seperti etika, norma, dan moral. Di samping itu, dapat mengetahui dan memahami tingkah laku apa yang baik menurut teori-toeri tertentu, dan sikap yang baik.
3.     Etika kesehatan masyarakat adalah suatu tatanan moral berdasarkan system nilai yang berlaku secara universal dalam eksistensi mencegah perkembangan resiko pada individu, kelompok dan masyarakat yang mengakibatkan penderitaan sakit dan kecacatan, serta meningkatkan keberdayaan masyarakat untuk hidup sehat dan sejahtera.

Daftar Pustaka
Hann, A. (2010) Public health ethics andpractice, New York: The Policy Press.
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) (2013) Kode Etik Profesi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Jakarta: PP IAKMI.

Komentar